Jumat, 01 April 2011

OPTIMIS DAN ETOS KERJA

Setiap usaha apa pun, pasti ada kendalanya. Kendala, masalah, atau permasalahan terkait dengan usaha yang dijalankan, mesti dihadapi dan diselesaikan.

Adanya hama wereng yang menyerang tanaman padi di wilayah Solo (Jawa Tengah) dan sekitarnya membuat para petani gagal panen secara bertubi-tubi. Bukan hanya satu kali gagal panen, tetapi berkali-kali. Para petani yang sebelumnya tidak perlu membeli beras karena persediaan beras dari hasil taninya, sekarang mesti membeli beras akibat gagal panen berkali-kali.

Saya melakukan pembicaraan dengan beberapa petani dari beberapa tempat berbeda, mereka memang mengeluh, tetapi mereka tetap setia pada pekerjaannya. Mereka akan tetap menanam padi. Ada himbauan (dalam bentuk surat edaran) dari seorang bupati untuk tidak menanam padi pada bulan Agustus untuk memutus  mata rantai kehidupan wereng agar di penanaman selanjutnya sudah terbebas dari hama itu. Sebagian petani sudah siap melaksanakan himbauan bupati. hanya saja, mereka pada bulan April ini tetap akan menana padi dengan sistem spekulasi. Mereka tidak akan memupuk dan memberikan pestisida pada tanamannya. Kalau untung ya bersyukur, kalau gagal, ya resiko. Kegagalan panen yang bertubi-tubi membuat mereka "kebal gagal". Artinya, mereka siap gagal, tetapi tetap optimis untuk bisa memetik hasil (walaupun spekulatif).

Belajar dari kenyataan itu, ternyata etos kerja yang tinggi, spirit kerja yang tinggi, bisa membuat kita selalu optimis, meskipun tetap berhitung bahwa dalam usaha apa pun tetap ada dua kemungkinan: gagal atau berhasil. Nah, kalau begitu, dalam menghadapi gonjang-ganjing ekonomi di jaman apa pun, kita memang harus selalu optimis. Kita tetap berupaya dan bekerja semaksimal mungkin. Gagal atau berhasil itu urusan nanti. Gagal itu resiko. Berthasil, itulah yang kita harapkan.