Berpikir sederhana artinya memikirkan segala sesuatu dengan pola pikir yang mudah dipahami. Baik dipahami diri sendiri atau orang lain. Berpikir sederhana bisa terwujud kalau didasari dengan pemikiran yang mendasar dan bersih dari unsur-unsur negatif.
Hidup sederhana adalah hidup apa adanya. Kalau sedang miskin, ya makan ala kadarnya. Kalau sedang kaya, tetap makan ala kadarnya, tidak berlebihan, sesuai kekuatan perut menampung makanan. Tidak mungkin orang yang paling kaya sekali pun mampu menghabiskan nasi seribu piring plus sapi panggang utuh sekali makan!
Ketenangan jiwa adalah jiwa yang tiak terbebani oleh pikiran-pikiran yang tidak perlu dan tak harus ada di dalam pikiran. Orang yang jiwanya tenang, akan terpelihara kesehatan jiwanya. Pentingkah kesehatan jiwa ini? Tak perlu saya jawab pertanyaan ini, seluruh pembaca pasti menjawab: "Penting!"
Orang yang tidak mau berpikir dan hidup sederhana cenderung tidak tenang jiwanya. Melihat tetangga beli mobil, dada panas, kepala panas. Kenapa? Karena tidak mau menerima keadaan apa adanya. Sesuai kenyataan yang ada pada dirinya. Melihat sesama pegawai bisa beli ini-itu, hati panas, pikiran menyala api. Lalu --demi menyamai si tetangga-- melakukan tindakan tak terpuji, misalnya korupsi. Nah, dari sinilah timbul pikiran yang tidak tenang, sehingga jiwa pun menjadi tidak tenang.
Kembali ke pola hidup sederhana adalah kunci utama untuk mencapai ketenangan jiwa. Jiwa yang tenang menandakan jiwa yang sehat. Kalau jiwa jiwa sehat, melakukan apa saja bisa tenang, tidak terganggu. Kesehatan jiwa akan membawa kesehatan raga. Dalam keadaan sehat jiwa dan raga, berkarya pun bisa tenang. Bekerja bisa tenang. Dalam kondisi begini, akan didapatkan hasil yang baik. Baik untuk diri sendiri, keluarga, dan masyarakat pada umumnya.
***
